1. Sir Francis Bacon (1620)
Pada tahun 1620
francis bacon membuat peta dunia dan menemukan dan menekankan bahwa benua-benua
yang dipisahkan oleh samudra atlantik memiliki kemiripan, kemiripan itu diduga
akibat benua afrika yang berada di sebelah timur atlantik dan benua amerika
yang ada di sebelah barat atlantik saling memisahkan diri.
2. Francois Placet
(1668)
Francois Placet menolak
teori yang dicetuskan oleh Francis Bacon dan menyebutkan bahwa samudra atlantik
terbentuk dikarenakan oleh adanya banjir besar pada zaman Nabi Nuh.
3. Para Ahli Geologi
beraliran Fixist (1800)
Para ahli geologi pada
zaman ini menyatakan bahwa cekungan samudra dan benua-benua tidak mengalami
perpindahan sama sekali, dan sudah terjadi/terbentuk sejak bumi itu sendiri
terbentuk. Perbedaan bentuk pada
permukaan bumi ini diakibatkan oleh proses pendinginan bumi dalam fase
pembentukan diri dari kondisi cair menjadi padat yang memakan waktu yang
berbeda-beda.
4. Edward Zuess (1884)
Mengemukakan tentang
teori laurasia-gondwana untuk pertama kalinya. Teori ini menyatakan bahwa
dahulu awalnya bumi itu hanya terdiri dari dua benua yang sangat besar, yaitu
gondwana di sekitar kutub selatan bumi dan laurasia di sekitar kutub utara
bumi. Keduanya kemudian pecah karena adanya pergerakan secara perlahan kea rah
equator bumi, dan akhirnya terpecah hingga ke posisi sekarang ini dan membentuk
Asia, Eropa, dan Amerika, hasil dari pecahan laurasia. Sedangkan hasil pecahan
Gondwana adalah Afrika, Australia, dan Amerika Serikat.
5. Alferd Wegener
(1912)
Ia
menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar yang
disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah-pecah dan terus
bergerak melalui dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal,
mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju equator.
Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika bagian
barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan
fosil pada kedua daerah tersebut.
6. Arthur Holmes
dan Harry H. Hess (1928)
Arthur Holmes
dan Harry H. Hess mengemukakan tentang teori konveksi, menurut mereka terjadi
arus konveksi yang terjadi di dalam bumi yang masih panas dan berpijar, arus
konveksi ini mengarah ke lapisan kulit bumi yang berada diatasnya, sehingga
arus tersebut membawa material (lava) dari lapisan bawah sampai ke atas dan
kemudian membeku dan membentuk lapisan baru dan menggeser lapisan kulit bumi
yang lebih tua. Teori ini menjelaskan tentang penyebab bagaimana benua itu
dapat bergerak yang pada teori-teori sebelumnya belum dapat menjelaskannya.
7. Tozo Wilso
(1968)
Teori lempeng
tektonik yang dikemukakan oleh Tozo Wilso menyatakan bahwa pada teori ini,
kulit bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di
atas lapisan astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu
bergerak karena pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer
yang berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi. Teori lempeng tektonik banyak
didukung oleh fakta ilmiah, terutama dari data penelitian geologi, geologi
kelautan, kemagnetan purba, kegempaan, pendugaan paleontologi, dan pemboran
laut dalam. Lahirnya teori lempeng tektonik sebenarnya merupakan jalinan dari
berbagai konsep dan teori lama seperti Teori Apungan Benua, Teori Arus Konveksi,
Teori Pemekaran Lantai samudera, dan Teori Sesar Mendatar, sebagaimana telah
dijelaskan pada teori-teori di atas.
8. Spyros B. Pavlides (1989)
Menyatakan bahwa Teori Neotectonics
adalah studi peristiwa tektonik muda yang telah terjadi atau masih terjadi di
suatu wilayah tertentu setelah orogeny atau setelah set-up tektonik yang signifikan
yang terakhir, peristiwa tektonik yang baru-baru ini cukup memungkinkan
untuk analisis rinci dengan metode yang berbeda dan spesifik, sedangkan hasil
mereka secara langsung kompatibel dengan pengamatan seismologi "
pendekatan ini telah diterima oleh banyak peneliti. Di University of Nevada, Reno Pusat
Studi neotektonik, neotectonics didefinisikan sebagai "studi tentang
gerakan geologis dari kerak bumi, terutama yang dihasilkan oleh gempa bumi,
dengan tujuan memahami fisika dari terulang kembalinya gempa, pertumbuhan
pegunungan, dan resiko gempa yang terkandung dalam proses ini. "